Saat awal mulai masuk kuliah, mata kuliah yang pertama kali aku pelajari, yaitu, tentang jurusan ku sendiri, mempelajari tentang materi awal yaitu POROSITAS DAN PERMEABILITAS ^_^
I.POROSITAS
1.1 Pengertian porositas
Porositas suatu medium adalah perbandingan
volum rongga – rongga pori terhadap volum total seluruh batuan. Perbandingan
ini biasanya dinyatakan dalam persen dan disebut porositas.
Porositas
juga dapat dinyatakan dalam ‘acre – feet’, yang berarti volum yang dinyatakan
sebagai luas dalam ‘acre’ dan ketebalan reservoir dalam kaki (feet). Selain itu dikenal juga istilah
porositas efektif, yaitu apabila bagian rongga – rongga di dalam batuan
berhubungan, sehingga dengan demikian porositas efektif biasanya lebih kecil
daripada rongga pori – pori total yang biasanya berkisar dari 10 sampai 15
persen.
1.2 Besaran Porositas
Porositas
tertentu dapat berkisar dari nol sampai besar sekali, namun biasanya berkisar
antara 5 sampai 40 persen, dan dalam prakteknya berkisar hanya dari 10 sampai
20 persen saja. Porositas 5 persen biasanya disebut porositas tipis (marginal
porosity) dan umumnya bersifat non komersiil, kecuali jika dikompensasikan oleh
adanya beberapa factor lain. Secara teoritis porositas tidak bisa lebih
besar dari 47,6 persen. Hal ini disebabkan karena keadaan sebagai terlihat pada
Gambar 4.4, yang berlaku untuk porositas jenis intergranuler. Dalam gambar
tersebut dapat dilihat suatu kubus yang terdiri dari 8 seperdelapan bola,
sebagaimana dapat dilihat pada butir – butir oolit. Porositas maximum yang
didapatkan adalah dalam susunan kubus dan secara teoritis nilai yang didapatkan
adalah sebagai berikut.
Jelaslah,
bahwa dalam hal ini porositas tidak tergantung daripada besar butir. Jika kita
subtitusikan r untuk angka berapa saja maka kita akan tetap mendapatkan angka
47,6 tersebut.
Besarnya porositas itu
ditentukan dengan berbagai cara, yaitu;
1. Di
laboratorium, dengan porosimeter yang didasarkan pada hokum Boyle : gas
digunakan sebagai pengganti cairan untuk menentukan volum pori tersebut.
2. Dari
log listrik, log sonic, dan log radioaktif
3. Dari
log kecepatan pemboran
4. Dari
pemeriksaan dan perkiraan secara mikroskopis
5. Dari
hilangnya inti pemboran
1.3 Skala Visul Pemerian
Porositas
Di lapangan
bila kita dapatkan perkiraan secara visual dengan menggunakan peraga visual.
Penentuan ini bersifat semi – kuantitatif dan dipergunakan suatu skala sebagai
berikut :
0 – 5% dapat di abaikan
(negligible)
5 – 10 % buruk (poor)
10 – 15% cukup (fair)
15 – 20 % baik (good)
20 – 25% sangat baik (very good)
25% istimewa (excellent)
Pemeriksaan
secara mikroskopi untuk jenis porositas dapat pula dilakukan secara kualitatif.
Antara lain ialah jenis :
1. Antar
butir (intergranuler), yang berarti bahwa pori – pori yang didapat di antara
butir – butir.
2. Antar
Kristal (interkristalin), dimana pori – pori berada di atara kristal – kristal.
3. Celah
dan rekah, yaitu rongga terdapat di antara celah – celah.
4. Bintik
– bintik jarum (point – point porosity), berarti bahwa pori – pori merupakan
bintik – bintik terpisah – pisah, tanpa kelihatan bersambungan.
5. Ketat
(thigt), yang berarti butir – butir berdekatan dan kompak sehingga pori – pori
kecil sekali dan hamper tidak ada porositas.
6. Padat
(dense), berarti batuan sangat kecil sehingga hamper tidak ada porositas.
7. Growing
(vugular), yang berarti rongga – rongga besar berdiameter beberapa mili dan
kelihatan sekali bentuk – bentuknya tidak beraturan, sehingga porositas besar.
8. Bergua
– gua (cavernous), yang berarti rongga – rongga besar sekali malahan berupa gua
– gua, sehingga porositas sangat besar.
Porositas didefinisikan sebagai
perbandingan antara volume pori dengan volume bulk batuan.
Keragaman
ukuran butir menentukan nilai porositas. Semakin tidak seragam ukurann butirya
maka nilai porositas semakin kecil. Hal ini disebabkan pori yang dibentuk dari
butir yang berukuran besar terisi oleh butir yang berukuran kecil.
Keragaman
ukuran butir ditentukan oleh lingkungan pengendapan. Pada lingkungan channel
sungai misalnya, arusnya masih deras sehingga butir yang lebih besar ukurannya
yang dapat diendapkan. Seiring bertambahnya waktu, arus semakin lemah sehingga
terjadi pengendapan butir yang lebih kecil.
Pada ukuran
butir yang seragam, ukuran butir tidak mempengaruhi nilai porositas. Baik pada
butir yang besar maupun yang kecil, nilai porositas pada bentuk kubik adalah
47,64% dan 25,96% pada bentuk rombohedral.
Pada gambar di atas juga
menunjukkan bahwa susunan butir juga mempengaruhi nilai porositas.
Berdasarkan strukturnya,
porositas dibedakan menjadi dua yaitu porositas efektif dan porositas absolut.
Porositas efektif hanya memperhitungkan volume pori yang saling terkoneksi satu
sama lain sehingga mampu mengalirkan fluida. Sementara porositas absolut
memperhitungkan semua pori baik yang terkoneksi maupun yang terisolasi.
Pada gambar
di atas, kita dapat melihat fluida berwarna hitam dan biru muda. Warna hitam
merepresentasikan minyak dan warna biru merepresentasikan air. Pada umumnya,
butir dikelilingi oleh air. Hal ini disebabkan sebelum minyak migrasi ke dalam
reservoir, batuan reservoir diisi oleh air formasi. Perbedaan densitas
menyebabkan minyak bergerak dari source rock yang berada di bawah reservoir
menuju reservoir. Akibat friksi fluida dengan dinding pori, fluida air yang
mengitari pori tidak tergantikan minyak hingga kestabilan migrasi terjadi.
Pori pori
batuan sudah terbentuk sebelum diagenesa batuan terjadi. Pori pori ini yang
dikategorikan sebagai porositas primer. Nilai porositas primer sangat
ditentukan dari deposisi batuan. Ketika terjadi deposisi, partikel lebih kecil
masuk ke dalam pori sehingga porositas semakin mengecil.
Pada saat
memasuki fase diagenesa batuan, butir batuan dapat mengalami sementasi dan
kompaksi. Akibatnya pori pori menjadi lebih kecil daripada porositas primernya.
Namun bisa juga pada tahapan diagenesa, terjadi pelarutan sehingga porositas
sekunder lebih besar daripada porositas primernya.
Seiring
bertambahnya kedalaman maka butir akan mengalami kompaksi sehingga porositasnya
semakin kecil. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut :
Pelarutan
pada batuan karbonat lebih mudah dibandingkan pada batuan pasir. Hal ini karena
kwarsa yang lebih mendominasi batuan pasir sulit larut. Pelarutan batuan
karbonat akan menghasilkan gerowong yang disebut dengan vug.
Selain
sementasi, kompaksi, dan pelarutan, dolomitisasi juga dapat terjadi pada saat
diagenesa batuan sehingga menciptakan porositas sekunder. Dolomitisasi berasal
dari kata proses membuat dolomit. Sedimen non klastik yang paling melimpah di
bumi adalah limestone yang tersusun dari mineral kalsium karbonat. Namun ion
kalsium di dalam ion kalsit tergantikan oleh ion magnesium karena ion magnesium
lebih kuat berikatan dengan calcite. Magnesium tersebut berasal dari hasil
penguapan air laut. Kehadiran ion magnesium ini menghasilkan mineral
dolomit.Berhubung ukuran magnesium yang lebih kecil daripada kalsium maka
terciptalah gerowong gerowong. Hal ini dapat meningkatkan porositas sekunder.
Jenis
porositas sekunder lainnya adalah fracture. Akibat gaya tektonik, formasi
reservoir dapat membentuk patahan atau sesar. Kondisi ini akan membuat celah
pori pori yang cukup besar sehingga dapat menjadi tempat penyimpanan yang lebih
besar.
Porositas
Dalam
reservoir minyak, porositas mengambarkan persentase dari total ruang yang
tersedia untuk ditempati oleh suatu cairan atau gas. Porositas dapat
didefinisikan sebagai perbandingan antara volume total pori-pori batuan dengan
volume total batuan per satuan volume tertentu, yang jika dirumuskan :
Dimana :
∅= Porositas absolute (total), fraksi (%)
Vp = Volume pori-pori, cc
Vb = Volume batuan (total), cc
Vgr = Volume butiran, cc
Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total terhadap
volume batuan total yang dinyatakan dalam persen, atau secara matematik dapat
ditulis sesuai persamaan sebagai berikut :
2. Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang saling
berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume) yang dinyatakan dalam
persen.
Dimana
:
∅e = Porositas efektif,
fraksi (%)
ρg = Densitas butiran, gr/cc
ρb = Densitas total, gr/cc
ρf = Densitas formasi, gr/cc
Berdasarkan
waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu :
1. Porositas
primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan dengan proses
pengendapan berlangsung.
2. Porositas sekunder, yaitu porositas batuan
yang terbentuk setelah proses pengendapan.
Besar kecilnya
porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir, susunan butir,
sudut kemiringan dan komposisi mineral pembentuk batuan. Untuk pegangan
dilapangan, ukuran porositas dapat dilihat pada Tabel 1. berikut :